top of page

Murshid Merican mahu menulis, tetapi telah diusik rutin-rutin harian diselangi momen-momen magikal, membawa dirinya menemui teman yang telah mati, majikan yang jatuh hati, penjaga hostel yang buta huruf, serta kekasih-kekasih karib dalam satu pengembaraan merentas kontinuum ruang dan masa.

Di antara kota kotor Kuala Lumpur dan South Beach, dari Manhattan ke Kyoto, mereka bersembang tentang cinta, arsitektur, seni, sastra, demokratia, dan kau-tahu-apa dalam satu kondisi mimpi yang bersinar.

Murshid Merican mahu menulis, tetapi telah diusik rutin-rutin harian diselangi momen-momen magikal, membawa dirinya menemui teman yang telah mati, majikan yang jatuh hati, penjaga hostel yang buta huruf, serta kekasih-kekasih karib dalam satu pengembaraan merentas kontinuum ruang dan masa.

Di antara kota kotor Kuala Lumpur dan South Beach, dari Manhattan ke Kyoto, mereka bersembang tentang cinta, arsitektur, seni, sastra, demokratia, dan kau-tahu-apa dalam satu kondisi mimpi yang bersinar.

Murshid Merican mahu menulis, tetapi telah diusik rutin-rutin harian diselangi momen-momen magikal, membawa dirinya menemui teman yang telah mati, majikan yang jatuh hati, penjaga hostel yang buta huruf, serta kekasih-kekasih karib dalam satu pengembaraan merentas kontinuum ruang dan masa.

Di antara kota kotor Kuala Lumpur dan South Beach, dari Manhattan ke Kyoto, mereka bersembang tentang cinta, arsitektur, seni, sastra, demokratia, dan kau-tahu-apa dalam satu kondisi mimpi yang bersinar.

Murshid Merican mahu menulis, tetapi telah diusik rutin-rutin harian diselangi momen-momen magikal, membawa dirinya menemui teman yang telah mati, majikan yang jatuh hati, penjaga hostel yang buta huruf, serta kekasih-kekasih karib dalam satu pengembaraan merentas kontinuum ruang dan masa.

Di antara kota kotor Kuala Lumpur dan South Beach, dari Manhattan ke Kyoto, mereka bersembang tentang cinta, arsitektur, seni, sastra, demokratia, dan kau-tahu-apa dalam satu kondisi mimpi yang bersinar.

bottom of page